Fabiayyi aalaa irabbikuma tukadzdzibaan....

Rabu, 27 November 2013

AKSES DAN PERLUASAN KESEMPATAN BELAJAR SAINS DI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakangabdulhamidyakusa.blogspot.com
Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara. Pendidikan memberikan sumbangsih yang besar terhadap peri kemanusiaan yang sifatnya umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan  manusia itu sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa. Pembangunan ekonomi suatu bangsa bisa terjadi dengan adanya transformasi sosial dalam suatu bangsa. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah upaya untuk membina kaum generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas. Di Indonesia, pendidikan merupakan salah satu bagian dalam program pembangunan nasional. Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan.  Di tingkat internasional, UNESCO sebagai organisasi internasional di bidang ilmu pengetahuan juga membahas perihal pendidikan, khususnya pendidikan sains. Hal ini ditujukan untuk menghubungkan ilmu kepada masyarakat , pemahaman publik ilmu pengetahuan dan partisipasi warga dalam sains penting untuk menciptakan masyarakat di mana orang memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk membuat, pilihan pribadi dan politik profesional, dan untuk berpartisipasi dalam dunia merangsang penemuan.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan sumber daya alam dan manusia yang memadai memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan bidang sains dan teknologi. Pengenalan konsep-konsep dasar sains yang sederhana sejak dini merupakan langkah yang bisa ditempuh institusi pendidikan untuk memasyarakatkan sains dan membentuk masyarakat yang melek teknologi. Pada kenyataannya, sebagian besar sekolah di Indonesia terutama sekolah-sekolah negeri yang terletak di pedesaan hanya menerapkan sistem hafalan dalam pendidikan sains. Kebanyakan guru hanya mengajarkan apa yang tertulis di buku dan menuntut siswa untuk menghafal tanpa membimbing mereka untuk memahami konsep yang sesungguhnya melalui kegiatan praktek. Alasan yang mendasar adalah peralatan laboratorium yang kurang memadai sehingga sains tidak dapat diajarkan seperti ketika ditemukannya.
                                  
B.     Rumusan Masalah
a.       Apakah hakikat pendidikan sains?
b.      Apakah peranan pendidikan sains di Indonesia?
c.       Bagaimanakah akses dan pemerataan kesempatan belajar (equity) pendidikan sains di Indonesia?

C.    Tujuan
a.       Mengetahui hakikat pendidikan sains
b.      Mengetahui peranan pendidikan sains di Indonesia
c.       Mengetahui akses dan pemerataan (equity) pendidikan sains di Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Hakikat Pendidikan Sains
Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir yang  terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya. Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan akal, menggambarkan keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala alam. Sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Carin dan Sund (1993) dalam Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Pembelajaran sains menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat.  Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Pembelajaran sains  di SD dapat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan intelektual siswa. Menurut Piaget perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam katagori operasional konkrit. Pemikiran yang logis berdasarkan permasalahan konkrit adalah ciri pada usia ini. Benda-benda konkrit sangat diperlukan untuk menolong pengembangan  intelektualnya. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menunjukkan benda asli atau mengajak siswa ke lingkungan sehingga mampu mengamati secara langsung. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

B.       Peranan Pendidikan Sains di Indonesia
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Laju pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya termasuk di bidang pendidikan. Menurut UNESCO, dua basis landasan perubahan bidang pendidikan yaitu: pertama;pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan, dan belajar menjadi diri sendiri (Mulyasa, 2013) Belajar melakukan dan mengetahui dapat diajarkan melalui pendidikan sains. Pendidikan sains pada anak-anak Indonesia akan membawa dampak yang signifikan pada era globalisasi sekarang ini.
Sains menjadi komponen dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pendidikan sains merupakan bentuk upaya dalam membentuk generasi yang mampu mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pendidikan sains di sekolah secara tidak langsung akan mengajarkan pada siswa untuk dapat memperoleh pengalaman dengan sendirinya serta menanamkan pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Langkah-langkah dalam sains akan melatihkan siswa untuk berpikir sistematis. Produk dari kegiatan sains  akan membuka pikiran siswa terhadap dunia teknologi sehingga siswa akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini menuntut Indonesia untuk memperhitungkan kesiapan SDM Indonesia dalam menghadapinya. Pemerintah mencerminkan pendidikan sains pada peraturan pemerintah dan Undang-undang  sudah mengarah kearah standar tersebut. Misalnya Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun  2006 tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar. Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tercantum konten sains dan Kompetensi apa yang  harus siswa miliki setelah mempelajari konten tersebut. Adanya muatan pembelajaran sains disekolah diharapkan anak-anak diperkenalkan pada konsep-konsep sains melalui percobaan-percobaan sederhana di sekolah. Kegiatan ini dengan maksud membekali mereka  untuk mampu menciptakan penemuan berbasis sains dan teknologi sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di masa depan. 

C.      Akses Dan Pemerataan Kesempatan Belajar Sains di Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Dari definisi tersebut,dapat dikatakan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah  pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan bahwa mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk  pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.
Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut  jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis. Salah satu yang menjadi perhatian adalah perluasan kesempatan belajar sains.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa pemerataan pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Pada bab XI pasal 17 Undang-Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. berbunyi: Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi. Dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan.
Meskipun telah diatur dalam undang-undang, pelaksanaan pemerataan pendidikan masih menjadi perhatian khusus. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Permasalahan pemerataan pendidikan, khususnya pendidia\kan sains, dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu memberikan bekal dasar kepada warga negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga dapat perpatisipasi dalam pembanguanan. Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan. Kesulitan alat peraga pada pengajaran sains sebenarnya persoalan umum di Indonesia.
Berita yang termuat di harian Kompas, edisi 7 Juni 2013 memberitakan tentang keadaan pendidikan sains di daerah Atambua, NTT. Minimnya alat peraga membuat pengajaran sains di sekolah masih bertumpu pada teori. Siswa dituntut menghafal dan membayangkan materi pelajaran yang diberikan. Alat peraga tidak dipergunakan karena guru tidak dilatih untuk menggunakannya. Kesulitan alat peraga pada pengajaran sains sebenarnya persoalan umum di Indonesia. Berlatarbelakang dari pernyataan tersebut,  Universitas Awarness mengadakan pelatihan astronomi kepada para guru. Bukan hanya untuk ilmu astronomi yang jadi fokus kegiatan Unawe Indonesia, melainkan juga untuk semua bidang ilmu.
Penggunaan rasio pada pendidikan penting untuk menjelaskan banyak hal, termasuk memahami sains. Fenomena alam tidak hanya dipahami sebagai mitos, tetapi juga peristiwa alam yang mengandung penjelasan rasional.  Menurut Direktur Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung, Mahasena Putra, pendidikan sains yang baik adalah yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif tetapi juga harus memberdayakan seluruh indera: mata, telinga, dan tangan. Sasaran kompetensi siswa pada kurikulum sains, siswa diharapkan memahami hal yang ada. Namun, cara mencapainya diserahkan kepada guru. Ini menjadikan guru berperan penting dalam proses pengajaran dan mendorong siswa mampu belajar mandiri secara berkelanjutan. Pada prakteknya, tidak semua guru bisa melakukannya. Beban kurikulum, kesejahteraan, dan tekanan politik membuat guru menjadi tidak fokus mendidik. Ketua Dewan Penasihat Unawe Indonesia Premana W Premadi mengatakan, Unawe menawarkan pendidikan sains, khususnya astronomi, kepada guru dan anak-anak dengan menyenangkan. Belajar sains tak harus membuat guru dan siswa tertekan. 
Sejalan dengan program yang dilakukan oleh Unawe di Atambua, berdasarkan catatan pengajar di Tawui, Kec.Pinupahar, Kab.Waingapu, NTT yang mengikuti program Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, kondisi di sekolah mereka sangat memprihatinkan. Sekolah memiliki banyak koleksi buku dan peralatan laboratorium yang sangat menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah, namun semuanya masih tersegel rapi. Hal ini terjadi karena Sumber Daya Manusia guru di sekolah yang belum mampu memberdayakan fasilitas tersebut. Karena salah satu tujuan program SM-3T adalah pemerataan kesempatan belajar, maka para pengajar dituntut untuk mampu mengembangkan sumber daya di lingkungan guna menunjang pembelajaran. Fasilitas yang sebelumnya tidak digunakan, satu per satu dimanfaatkan dengan mengajarkan cara memakainya. Siswa diajak untuk melihat tiruan bumi berupa globe. Bagi mereka yang belum paham dengan bentuk bumi, akan dapat mengetahui seperti apa tempat yang mereka tinggali selama ini. Siswa mampu mengetahui letak negara Indonesia, tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan.  Siswa diajari menggunakan mikroskop sebagai alat bantu penglihatan. Makhluk-makhluk kecil yang belum biasa mereka lihat sebelumnya, dapat dengan jelas mereka amati di bawah mikroskop. Dalam belajar biologi, tidak perlu menunggu fasilitas yang lengkap. Kegiatan bisa dilakukan dengan mengajak siswa ke tanah lapang dan mengamati elang-elang yang banyak berterbangan untuk mencari mangsa. kemudian menyebutnya sebagai rantai makanan. Sebagai contoh lain, guru dapat membimbing siswa untuk menciptakan sebuah alat pengukur kecepatan angin atau anemometer untuk menjelaskan konsep cuaca. Selain bahan mudah didapat, proses pembuatan alat pun sederhana sehingga siswa dapat secara aktif mengambil bagian dalam menciptakan alat. Dengan demikian, siswa akan memiliki pengalaman belajar yang baru dan mampu memanfaatkan benda yang ada di sekitar mereka untuk menciptakan sebuah karya yang bermanfaat. Siswa juga akan mendapatkan perasaan puas dan bangga atas pencapaiannya yang tentunya membawa efek baik dalam perkembangannya.
.Pembelajaran yang demikian adalah cara untuk mengajarkan sains seperti ketika sains ditemukan. Meski dengan keadaan dan fasilitas yang terbatas, mereka mendapat kesempatan belajar sains seperti siswa lain yang tinggal di kota besar dengan segala fasilitasnya. Pemerataan kesempatan belajar sains tidak menuntut siswa untuk menjadi pandai dahulu tetapi bagaimana menciptakan semangat belajar sekalipun akses informasi pengetahuan sangat minim. Kuncinya adalah bagaimana menghadirkan guru dengan kualitas SDM dan semangat pengabdian yang tinggi dengan begitu generasi-generasi emas akan muncul dari daerah-daerah 3T. Pendidikan sains sebenarnya tidak sulit maupun mahal. Hanya dibutuhkan sedikit kesabaran dan usaha yang tulus untuk terus melangkah demi mengembangkan pendidikan sains dan teknologi di negeri tercinta.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Hakikat pendidikan sains adalah mengajarkan tentang konsep-konsep sains berdasarkan pengalaman langsung.
2.      Pendidikan sains memberikan peranan untuk Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Sains yang diajarkan diharapkan mampu mencetak generasi yang unggul di masa depan.
3.      Kesempatan belajar sains di Indonesia masih belum merata. Banyak daerah yang masih kekurangan SDM yang mampu mengajarkan sains seperti sains dulu diajarkan.
4.      Pemerataan kesempatan belajar sains di Indonesia tidak harus menunggu lengkapnya fasilitas di sekolah. Namun bisa dilakukan dengan memanfaat lingkungan sekitar.

B.     SARAN
1.      Pelatihan pemakaian alat-alat sains kepada para guru sebagai pembekalan dalam mengajarkan sains di sekolah sehingga guru mampu menciptakam suasana pembelajaran yang baru dengan memanfaatkan apa saja yang ada di lingkungan.
2.      Pemerataan tenaga ajar ke seluruh daerah di Indonesia dengan tetap memperhatikan kesejahteraan guru sehingga kepincangan kesempatan belajar sains di Indonesia bisa diminimalisasi