Fabiayyi aalaa irabbikuma tukadzdzibaan....

Senin, 17 Agustus 2015

Enjoy Makassar

Alhamdulillah, untuk nafas yang masih terhembus dan mata yang bisa melihat serta menikmati keindahan karunia Allah yang tiada tara. Awal Agustus 2015, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi jengkal-jengkal tanah Allah di bumi para daeng, Makassar. Saya ke sana bukan tanpa alasan. Pertama, kebetulan kakak ipar saya sudah sekitar sepuluh bulan dinas di sana. Kedua, mengunjungi kakek  (pakdhe-nya Bapak)  yang sudah lama tinggal dan beranak pinak dan sudah belasan tahun tidak berjumpa. Dan yang ketiga, bertepatan dengan adanya event Muktamar Muhammadiyah ke-44. Tiga alasan itu yang membuat saya meng-iya-kan ajakan kakak dan Bapak untuk pergi ke Makassar. Tentunya, satu alasan lagi yang tidak ketinggalan yaitu saya mengantongi ijin dari suami tercinta. Terima kasih sayang, hehehe. 
Kami berangkat dari Surabaya dengan maskapai penerbangan City Link, boarding pukul 16.40 WIB kemudian take off pukul 17.05 WIB. Dan tiba di Makassar sekitar pukul  19.15 WITA. Penerbangan memakan waktu satu jam sepuluh menit saja. Terasa sangat cepat memang jika menggunakan jasanya besi raksasa ini, hehehe. Sesampainya di Makassar, kami sudah dijemput oleh kakak ipar di bandara. Kemudian kami menuju kedai makan karena sudah sangat lapar. Menu yang dipilih oleh kakak ipar sebagai menu makan malam adalah coto Makassar, yaa...makanan yang tersohor itu. Kami makan malam di kedai Coto Pettarani yang jelas lokasinya di Jalan Pettarani. Coto Makassar bukan sepeti soto yang biasa ada di Jawa, tapi lebih seperti rawon dengan kuah yang lebih kental. Cara menikmatinya tidak dengan nasi melainkan dengan ketupat yang sudah disediakan. Boleh ambil satu, dua atau tiga ketupat untuk menemani coto Makassar yang lazis ini. 
Coto Makassar
Selain coto Makassar, makanan yang sempat saya cicipi di sini adalah palu bassa serigala dan sop saudara. Dari namanya saja sudah nampak  mengerikan, ya to.... Seperti kanibal saja, hahaha. Ketiga makanan tersbut menurut saya bedanya sedikit. Tapi,, semua pasti isinya daging sapi. Hohoho....satu jawaban diperoleh,, kenapa banyak orang Makassar yang pandai-pandai. Makanannya daging terus se..... :D 

Sop saudara sama seperti coto namun penyajiannya dengan nasi dan kuah agak lebih encer. Menu yang menemani adalah ikan bolu bakar, kalau di Jawa bisa dibilang bandeng gitu kali ya. Saya tidak begitu suka karena rasanya hambar. Hihihi. 
Sop saudara dan ikan bolu bakar
Pallu basa serigala yang berlokasi di Jalan Serigala. Warungnya tidak begitu besar, namun pengunjungnya meluber. Full.... Pallu basa tidk jauh berbeda dengan coto, namun lebih pada tambahan parutan kelapa di dalam kuahnya.  Isinya potongan daging yang sudah dimasak empuk. Tinggal pilih, boleh isi campur, hati atau yang lainnya sesuai selera. 
Pallu basa serigala

Pantai Losari
Icon-nya Makassar. Ibarat kata, tidak afdol jika ke Makassar tanpa berkunjung ke Pantai Losari. Di pantai ini, kita bisa menyaksikan langsung pemandangan laut lepas yang indah. Alhamdulillah, waktu itu saya sampai menjelang maghrib, jadi bisa menyaksikan keindahan sunset Losari. Losari bukanlah pantai yang berpasir layaknya Parang Tritis, tepi pantai berupa plengsengan yang dicor rapi. Ada beberapa anjungan di Pantai Losari, seperti anjungan Makassar, Bugis, Toraja. Nampak juga Masjid apung Amirul Mukminin yang menjorok ke laut. 







Taman Nasional Bantimurung, Maros
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung terletak di Kabupaten Maros, sekitar satu jam dari Makassar. Kala itu, kami berangkat dari rumah dinas kakak ipar sekitar pukul 08.00 dan sampai di Bantimurung sekitar pukul 09.00. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memiliki berbagai keunikan, yaitu: karst, goa-goa dengan stalaknit dan stalakmit yang indah, dan yang paling dikenal adalah kupu-kupu. Bantimurung oleh Alfred Russel Wallace dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu). Taman Nasional ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis, air terjun, dan gua yang merupakan habitat beragam spesies [termasuk [kupu-kupu].

 Memasuki area taman nasional, kita akan melihat dari kejauhan air terjun yang menurut saya tidak seperti biasanya, karena berundak dan melebar. Waktu itu sangat ramai pengunjung, para penggembira  Muktamar Muhammadiyah berbondong-bondong ingin menikmati suasana Bantimurung. 
Air Terjun TN.Bantimurung


Di dalam Museum Kupu-kupu


Istana Tamalatea, Gowa